BAGAIMANA ANDA MEMANDANG DIRI SENDIRI ?


Citra diri adalah gambaran tentang siapakah diri kita menurut pendapat kita sendiri. Mungkin citra diri ini tidak sama dengan kenyataan yang terjadi, tetapi kita meyakininya. 
Citra diri ini membentuk ‘ kepribadian ‘ kita bagaimana kita berlaku, penampilan, mengambil keputusan, termasuk menghargai kondisi tubuh.
Citra diri yang positif tentu saja meningkatkan rasa percaya diri, potensi diri pun akhirnya bisa dikembangkan secara maksimal.

Bahkan orang lebih menghargai dirinya dan berupaya meningkatkan keterampilan apapun yang dapat mendongkrak nilai kepribadiannya (baca: harga diri).

Dalam upaya ini, cara pandang realistis dengan dorongan sikap positif terhadap penilaian diri sendiri dan dunia luar (lingkungan tempat berinteraksi) dapat membantu seseorang secara efektif

Citra diri Anda dipengaruhi oleh beberapa seperti bagaimana anda dibesarkan orang tua Anda, pengalaman hidup Anda ,lingkungan Anda, dan lain sebagainya
Terkadang seseorang kehilangan citra dirinya dan merasa buruk tentang diri mereka sendiri karena kegagalan dan kekecewaan hidup, atau karena perlakuan atau sikap orang lain terhadap kita

Biasanya orang dengan masa lalu kelam menjadi “hakim yang paling galak” terhadap dirinya sendiri. Ia percaya kesalahannya yang lampau memberikan akibat sepadan dengan apa yang dialaminya saat sekarang, seolah-olah “derita masa kini adalah pahala dari perbuatannya yang lalu”. Citra diri yang diciptakannya tentu saja begitu buruk. Alhasil, orang lain pun mengikuti cara pandang rendah terhadap dirinya itu dengan sedikit penyesuaian yang perlu.

Citra diri dapat dibentuk setiap saat dalam kehidupan kita. Idealnya citra diri dibentuk saat masa kanak-kanak, dan kemudian ditingkatkan dikemudian hari

Kita bisa menilai diri kita tergantung pada beberapa aspek yaitu aspek tubuh dan aspek psychologi. Sebagai contoh ; orang yang berkelahiran normal akan mempunyai citra diri yang positif, sedangkan orang yang cacat akan memiliki citra diri yang negatif. Itu dtinjau dari aspek pisik. 
Ditinjau dari aspek psychologis ; orang lahir dari keluarga kaya akan memiliki citra diri positif, sedangkan orang yang kelahiran dari keluarga miskin mempunyai citra diri negatif.
Contoh ini bisa dikembangkan tetapi berdasarkan pembagian aspek diatas. Watak adalah kualitas perilaku atau reaksi dari setiap persoalan termasuk cara menghadapi dan menyelesaikan persoalan tersebut. Jadi kedua komponen besar diatas membentuk kepribadian kita dalam kehidupan sehari-hari.

Masa lalu kelam menyebabkan seorang individu melakukan penyerapan diri. Ada bisikan-bisikan yang menghasut dirinya bahwa ia tak bisa lepas dari berbuat salah. Sikap menghormati diri sendiri pun akhirnya berkurang bahkan cenderung menghakimi dengan vonis citra diri negatif. Sungguh ironis, bukan?


MENGAPA MENINGKATKAN CITRA DIRI PENTING BAGI ANDA

Dengan meningkatkan citra diri maka anda mampu mengambil keputusan dan mengelola resiko dengan baik, memiliki hubungan yang positif dengan orang lain, tidak dihambat oleh perasaan takut dan ketidaknyamanan, memampukan Anda untuk merencanakan aksi-aksi yang mengantarkan Anda pada tujuan dan impian hidup Anda.
Orang-orang yang sukses di dunia ini cendrung memiliki citra diri yang baik, karena mereka merasa yakin tentang dirinya. Mereka berani mengambil tantangan dan mampu mengatur resiko untuk mencapai apa yang mereka impikan.

Jikalau Anda memiliki citra diri yang baik, maka anda memiliki energy yang lebih banyak untuk melakukan hal-hal yang positif, karena energy anda tidak terbuang untuk merasakan perasaan-perasaan negative, perasaan minder, tidak percaya diri atau mungkin anda bekerja sangat keras untuk kebahagiaan orang lain etimbang melakukannya untuk kebahagiaan diri Anda sendiri

APAKAH KITA DAPAT MERUBAH CITRA DIRI ITU? 

Seperti diuraikan di awal, penilaian kita dilakukan atas dasar ingatan dan pengalaman yang lalu, sehingga secara tidak sadar tercermin keluar dari diri kita.
Jadi penilaian atas citra diri ini hanya berdasarkan perasaan kita sendiri saja, padahal sesungguhnya lain dari itu.

Perlu secara sadar dan jujur mengakui kekurangan maupun kelemahan kita, sehingga tepat mengambil solusinya. Kita perlu menilai diri kita secara seobyektif mungkin, bukan lagi berdasarkan perasaan kita.

Fakta menunjukan sebenarnya banyak hal-hal yang positif terlewatkan begitu saja tanpa dapat memanfaatkanmya secara optimal. Hati-hatilah meminta penilaian orang lain karena ada yang mempunyai motivasi tertentu sehingga menyanjung atau membesar-besarkan. Ingatlah penilaian terakhir adalah keputusan kita sendiri, karena kitalah yang akan melakukannya

APA YANG DAPAT KITA LAKUKAN UNTUK MEMPERBAIKI CITRA DIRI ?

1. Hilangkan Stigmatisasi Negatif

Stigmatisasi negatif karena masa lalu kelam terhadap diri sendiri dalam wujud suara dari dalam (self-internal voice) cenderung membisiki seorang individu agar berpikir negatif. Ia cenderung sulit merubah cara pandangnya terhadap diri sendiri jika masih mendengarkan pelabelan diri teramat buruk tersebut. Jalan termudah untuk terhindar dari hasutan ini adalah dengan mengabaikannya. Selanjutnya, tanamkan dalam benak dan diri pikiran positif tapi realistis
”Hidup saya amat berharga untuk disia-siakan. Ya, saya pernah berbuat salah. Tapi, itu bukan berarti saya harus hidup dalam beban berat kesalahan masa lalu. Saya harus bangkit dan merubah diri saya menjadi lebih baik saat ini.”

Menghilangkan stigmatisasi negatif merupakan cara membangunkan kesadaran diri, memutus ingatan buruk (pengalaman traumatis berbuat salah di masa lalu) agar bisa berpikir positif. Memberi keyakinan pada diri sendiri bahwa ia bagai ”mutiara yang akan tetap berkilau sekalipun pernah mendekam di lumpur hitam.”

2. Hindari Dramatisasi yang Tak Perlu

Melebih-lebihkan hal negatif yang ada pada diri sendiri karena kesalahan yang lampau sangat tidak perlu, misalnya dengan menciptakan suara dari dalam begini:
”Saya telah membuat kesalahan itu. Akibatnya sekarang saya jadi seperti ini. Saya tak akan pernah bisa memperbaiki diri sendiri. Diri saya adalah masa lalu saya yang hitam.”

Jangan melakukan pembesaran kadar kesalahan yang pernah dilakukan sebelumnya. Manusia sungguh tak pernah bisa lepas dari kekhilafan. Namun, sungguh ketidak-sempurnaan diri yang menyebabkan berbuat salah adalah wajar saja. Tentunya tak perlu didramatisir setiap saat.

3. Hentikan Pikiran Negatif Sejak Awal

Baik sekali menghentikan berpikir negatif dari sejak semula pikiran itu muncul. Umpamanya hal ini seperti membentak seseorang ketika akan memberikan penghinaan. Katakan pada suara internal yang mengajak untuk berpikir negatif itu dengan gertakan begini:
”Hentikan!” Tak bisakah mengatakan hal yang baik-baik saja?”
Suara dari dalam yang bernada negatif itu sungguh mampu menstimulir berpikir negatif jika tidak dicegah dari awal. 

4. Jangan Mengintimidasi Diri Sendiri

Ada ungkapan yang mengatakan: ”Orang yang berniat bunuh diri selalu menemukan cara menuju tiang gantungan.”
Kesalahan masa lalu yang belum bisa dilupakan terus membayangi diri seorang individu. Ada orang yang tak henti-hentinya mengintimidasi diri, suara dari dalam diri terdengar seperti bentuk sesal berkepanjangan.
Bentuk kritik destruktif kepada diri sendiri yang menyesal berkepanjangan sungguh menyita energi positif untuk memulai perubahan diri. Meskipun melihat kesalahan masa lalu juga penting untuk bahan introspeksi, tapi melakukan intimidasi pada diri sendiri dalam sebentuk perasaan bersalah yang menekan adalah benar-benar tak wajar.
Hindari sikap menyesal yang tak perlu itu. Terima keadaan diri yang ada, dan tetap berupaya membuat perbaikan dengan dorongan pikiran positif. Sebab, mengintimidasi diri dalam bentuk sesal berkelanjutan sesungguhnya bentuk lain dari menghukum diri setelah fakta menyakitkan diterima.

5. Mengganti Kritik dengan Dorongan

Mengkritisi diri sendiri dengan mencurahkan perhatian pada hal yang negatif (dilakukan di masa lalu) sangat tidak bermanfaat. Kritik pada kesalahan yang pernah diperbuat boleh diberikan tapi yang bersifat konstruktif dengan tanpa rasa sesal yang menekan.

Dorongan penuh semangat hidup dari dalam diri biasanya lebih cepat membuat seseorang lepas dari sesal masa lalu. Ia bisa melakukan perbaikan diri ke arah yang lebih baik lagi. Karena, kesalahan itu mencerahkan dan orang biasanya jadi jeli memetik hikmah.

6. Kenali Aset Kepribadian yang Dimiliki

Hal-hal yang baik dalam kepribadian seseorang sungguh merupakan asetnya yang paling berharga. Bentuknya bisa sebagai watak yang khas melekat pada diri seperti :
- Kemampuan beradaptasi terhadap kondisi lingkungan yang baru.
- Kemampuan tinggi untuk mengeksplorasi sesuatu yang menarik karena berjiwa                     petualang.
- Kemampuan mencurahkan kasih-sayang sehingga memiliki sifat penyayang.
- Pantang menyerah dalam mencapai tujuan yang membuat diri ambisius.
- dan lainnya
Ketika seseorang bisa menemukan hal-hal baik yang sebenarnya telah ia miliki sejak lama, ia bisa memanfaatkannya untuk mengidentifikasi dirinya kembali dengan cara pandang yang positif dalam rangka upaya memperbaiki diri.

Ada orang yang menilai diri secara berlebihan sehingga kelihatan seperti orang sombong, angkuh atau merasa pintar pada hal sebaliknya. Dengan kepribadian yang baik kita mempunyai karakter yang pasti dan berguna dalam kehidupan sehari-hari. 

Orang lain akan cepat mengetahui sifat maupun keadaan kita sehingga mudah ditebak oleh orang lain. Orang yang demikian dikatakan mempunyai prinsip hidup atau karakter yang kuat sehingga bermanfaat bagi diri sendiri maupun orang lain.

Orang yang memiliki citra diri yang baik akan cepat mengubah dirinya dan melakukan aksi yang tepat dikala dirinya berada di titik kemunduran, sehingga ia tak terus jatuh, melainkan segera bangkit dan melompatkan kehidupannya ke titik yang lebih tinggi dari pencapaian sebelumnya.

Milikilah citra diri yang baik, maka kehidupan anda akan sempurna.

Komentar