HIKMAT DAN PENGETAHUAN



Dalam mengambil sebuah keputusan sering kita dihadapkan pada pilihan-pilihan, yang membutuhkan kebijaksanaan kita untuk mengambil keputusan yang tepat di saat itu juga. Di saat itu lah muncul suatu pertanyaan dalam relung hati terdalam kita , "apakah keputusan yang saya ambil sudah berdasarkan hikmat yang benar atau cuma berdasarkan pengetahuan saya ? dan apakah ini keputusan yang tepat ?"

Terkadang orang meributkan tentang perlunya hikmat, dan mengecilkan pengetahuan. Tapi ada juga yang berkata tanpa pengetahuan tak mungkin ada hikmat atau kebijaksanaan.

Sadar atau tidak, Tuhan memberi kita 2 alat , yaitu : Otak dan hati (Mind and Heart) . Secara modern kita menyebutnya Intelek dan Emosi. Keduanya harus bekerja secara sinergis untuk menilai suatu kejadian sesuai realitas di lapangan.

Intelek adalah suatu fungsi pikiran yang digunakan untuk memproses input-input yang yang masuk dari alat-alat indera kita (mata, hidung, telinga, lidah dan kulit). Tapi disamping 5 indera fisik itu, pikiran dapat juga disebut sebagai sebuah alat pengindera, karena fungsinya adalah mengindera realitas yang dalam fungsi itu disebut sebagai 'persepsi'.

Input-input yang masuk dari alat-alat indera itu berupa DATA mentah. Data-data mentah ini kemudian disusun oleh pikiran, melalui bekal apa yang ada dalam ingatannya, agar menjadi sebuah informasi. Inilah yang disebut persepsi.
Oleh karena itu, maka jangan heran apabila ada 2 orang yang mendapat input data-data inderawi yang sama tetapi menimbulkan persepsi yang berbeda. Inlah awal dari sebuah salah paham atau pertengkaran.
Melalui informasi-informasi yang dikumpulkan dan dijalin dalam sebuah pemahaman yang saling berkaitan, ini disebut sebagai PENGETAHUAN (knowledge).

HIKMAT didefinisikan sebagai kemampuan untuk menggunakan informasi yang tepat itu pada waktu dan cara yang tepat.
Kalau anda sudah cukup lama hidup di dunia, pasti anda menyadari betapa berharganya kemampuan ini untuk kita bisa mengetahui apa yang kita harus putuskan, dan membuat keputusan-keputusan yang baik dan benar.

Orang yang bodoh tidak berhikmat tidak akan bersedia mendengarkan siapa pun. Orang bodoh adalah orang yang tidak tahu dirinya, tidak menyadari keterbatasannya dan menganggap dirinya mengetahui segalanya.
Sebaliknya, orang yang bijak adalah orang yang menyadari keterbatasannya; itu sebabnya ia bersedia menerima masukan dari manapun, sekalipun dari orang yang berkedudukan lebih rendah dari dirinya.

Menarik bahwa dalam Akitab, kitab Amsal 9:10 mengatakan bahwa titik awal pengetahuan adalah pengenalan akan Tuhan. 
Alkitab mengatakan orang yang berhikmat adalah orang yang bisa mengaplikasikan Firman Tuhan dalam keputusan-keputusan yang harus diambil dalam hidup. Orang yang memiliki pengetahuan (knowledge) adalah orang yang memiliki memiliki perspektif kehidupan yang benar, yaitu memiliki perspektif Tuhan melihat kehidupan. Karena itu orang ini akan memiliki nilai-nilai yang benar dalam hidupnya. Ketika seseorang memiliki nilai-nilai dalam urutan yang benar, maka dia akan dapat menentukan prioritas yang benar dalam hidupnya. Orang ini akan dapat menyaring informasi dengan baik, memisah-misahkan mana informasi yang baik dan yang tidak baik, bernilai dan yang tidak bernilai; kemudian menggunakan informasi yang bernilai untuk membuat keputusan-keputusan dalam hidupnya.


Karena itu kita harus belajar menyaring data menjadi informasi dengan menyaring data yang kita terima menjadi informasi yang tepat, akurat dan berguna. Ketika informasi itu kita letakkan di di bawah perspektif Tuhan, kita cocokkan dengan nilai-nilai yang kita percaya, kita letakkan dalam urutan yang benar; maka kita akan mendapatkan “pengetahuan.” Dari pengetahuan itu kita menentukan urutan langkah-langkah; dan itu disebut sebagai “pengertian”. Pada akhirnya kita akan dapat membuat keputusan yang benar di hadapan Tuhan, dengan waktu yang tepat, dengan cara membuat keputusan yang tepat dan dapat mengaplikasikan dengan baik.

Mempelajari Firman dan membangun nilai-nilai kehidupan kita dari Firman Tuhan bukan sekedar ritual agamawi, tetapi adalah satu-satunya cara kita dapat mengalami kehidupan yang baik yang Tuhan rancangakan untuk setiap orang
Kita akan “diselamatkan” dari banyak kesalahan-kesalahan yang biasa dilakukan orang karena mereka tidak mau belajar



Komentar