INTELEKTUAL VS SPIRITUAL



Permasalahan di negara Indonesia ini sangat sukar dimengerti. Pasalnya banyak pihak yang membagi-bagi antara inteletual dan spiritual. 
Meski mereka tidak mengatakannya secara langsung, atau jika ditanyakan kepada mereka, mereka juga tidak akan mengaku. Namun jika kita masuk ke dalam rumah ibadah mereka, kita dapat jelas menghirup hawa mutilasi antara spiritual dan intelektual.

Dalam Alkitab, Injil Matius 22:29 jelas mengatakan bahwa seseorang yang tidak berspiritual pasti tidak berintelektual, dan begitu juga sebaliknya. 
Konteks ayat itu, ialah ketika Yesus berbicara dengan orang saduki yang pastinya adalah seseorang yang memahami Taurat dengan baik (Itu sangat jelas dari pertanyaan kaum Saduki yang jelas mengerti Taurat). Tetapi ketika itu Yesus mengatakan bahwa anda sesat, karena anda tidak berintelektual dan berspiritual. Yesus tidak mengatakan bahwa, karena anda hanya berintelektual, tetapi tidak berspiritual anda sesat. Tidak, tidak seperti itu. 
Seseorang yang tidak berspiritual langsung mengacu kepada ketidakintelektualan, dan begitu juga sebaliknya. Itu cara Yesus memandang.

Namun saat ini banyak agama terjerumus dengan spirit mutilasi. 
"Wah kalau di aliran agama ini harus lebih banyak berdoa, dibandingkan belajar tentang ilmu agama, Firman Tuhan itu untuk dilakukan bukan didiskusikan dan lain halnya".
Di samping itu, aliran agama lain berkata, "Wah doa itu tidak penting, nanti anda terjebak oleh spirit sok ke-nabian, dengan mengatakan Tuhan berkata, dan lain halnya lagi yang sangat mistis dan tidak bertanggung jawab, makanya belajar Kitab Suci adalah yang paling utama"

Jika kita perhatikan sesungguhnya hal itu tidak pernah menjadi ajaran Alkitab, Tuhan Yesus adalah seorang pendebat sejati (Umur 12 bikin guru-guru Taurat bingung dengan pertanyaan dan jawabannya) dan sekaligus pendoa sejati (Selalu dicatat pagi-pagi benar Yesus sudah berdoa).

Namun banyak orang Kristen hari ini yang adalah pendoa sejati sekaligus pendebat palsu, atau sebaliknya pendebat sejati dan sekaligus pendoa palsu.

Sebagian lainnya sudah tahu tentang hal ini, dan hanya tahu, namun tidak ada aktualisasi diri untuk menyatukan apa yang ia tahu dengan apa yang ia harus kerjakan.

Intelek tidak hanya perkara belajar teologi, mengerti sistematika teologi, memahami ajaran Calvin sampai Karl Bath, menguasai hermeneutika yang baik, mampu melihat alkitab dari bahasa yunani dan ibrani. Tidak hanya seperti itu pastinya. 
Intelektual adalah di mana seseorang dapat terus belajar, dan terus menyadari bahwa dirinya kosong, dirinya miskin, dirinya tidak mengerti apa-apa, dan dengan kesadaran diri yang begitu tulus dan murni berkata bahwa saya harus belajar lebih banyak, karena saya sangat terlalu bodoh.

Spiritual juga tidak dangkal dengan hanya berdoa lebih banyak waktu, dan terus meningkatkan waktu doa dari hanya 30 menit hingga 2 jam dan terus sebagainya, pastinya itu hanya bagian dari spiritual, namun itu tidak cukup lengkap mewakili kata spiritual. 
Spiritual adalah hidup yang terus terhubung dengan Allah, hidup yang tidak menganggap sepi akan Allah, hidup yang menganggap Allah saja cukup, sekalipun saya hidup tanpa apapun dan siapapun.

Terkadang kita harus menyetujui A.W. Tozer yang mengatakan bahwa seseorang yang tidak mengerti Firman yang sulit terkadang bukan karena intelektual yang bodoh, namun karena dangkalnya spiritual. Di lain sisi kita harus menyimak apa yang dikatakan A.W. Pink yang menjelaskan bahwa betapa pentingnya hidup yang terus mau belajar segalanya tentang Tuhan, sampai pada kita mengerti bukan hanya saja tentang Tuhan, tetapi Tuhan itu sendiri. (Bukan hanya knowing about God, tetapi knowing God)


disadur dari : Intelektual vs Spiritual , Hendry Kornelius

Komentar