PERAN ORANGTUA DALAM PENDIDIKAN MORAL DAN AGAMA PADA ANAK


Di dalam upaya mengembangkan dan menuntun pertumbuhan anak, orang tua mempunyai peran yang teramat penting. Di atas pundak mereka berdua terletak tugas berat yang harus dijalankan sebagai satu tangung jawab penting. Pendidikan agama yang mengajarkan orang harus hidup saleh, jujur dan bertanggung jawab harus dimulai dari lingkungan keluarga dalam hal ini orang tua, orang tua memegang peranan yang tiada duanya.

Perkembangan agama anak dengan sendirinya sangat bergantung pada penghayatan orang tua terhadap norma-norma kesusilaan dan agama orang tua tersebut. Dalam artian anak bukan akan mengalami perkembangan kesusilaan dan dan agama seperti yang diharapkan, dianjurkan atau diperintahkan oleh orang tuanya, melainkan anak akan mengalami perkembangan itu menurut bagimana orang tua memberi teladan lewat kehidupan sehari-hari mereka tentang norma-norma kesusilaan dan agama. 
Anak tidak akan bersungguh-sungguh melakukan sesuatu peraturan, kalau orang tua melakukannya. Hal ini terjadi karena pada diri anak terdapat keraguan akan kebenaran dan keharusan untuk mematuhi peraturan tersebut.
Orang tua sebagai individu sekaligus anggota keluarga sangat berperan dalam pembentukan pribadi anak, karena orang tua adalah panutan dan cermin yang pertama kali mereka lihat dan mereka tiru sebelum mereka berpaling kepada lingkungan sekitarnya.

Orang tua mempunyai posisi sebagai pemimpin keluarga atau rumah tangga. Orang tua sebagai pembentuk pribadi utama dalam kehidupan anak. Kepribadian orang tua, sikap dan tata cara hidup mereka merupakan unsur-unsur pendidikan yang tidak langsung yang dengan sendirinya akan masuk dalam pribadi anak yang sedang tumbuh.


Pada hakikatnya keluarga (orang tua) merupakan tempat pertama dan yang utama bagi anak untuk memperoleh pembinaan mental dan pembentukan kepribadian yang kemudian ditambah dan disempurnakan oleh sekolah.

Suatu pendidikan agama yang baik bisa membantu untuk memberi anak batas-batas tertentu dalam hidup anak itu. 

baca : Untuk apa kita perlu beragama ?
           Integritas


Sesungguhnya mendidik bertujuan membimbing manusia kearah kedewasaan supaya anak didik dapat memperoleh keseimbangan antara perasaan dan akal budinya serta dapat diwujudkan secara seimbang pula dalam perbuatan konkret. Begitu pula pendidikan agama, bisa membawa anak kedalam alam kedewasaan Iman yang seimbang antara rohani dan jasmani. Apabila mereka sudah seimbang dalam dua aspek ini, maka penghayatan agamanya pun berjalan harmonis antara doktrin agama dengan penghayatan konkret dalam kehidupan sehari-hari.

Memang, sekarang ini terdapat kecenderungan, bahwa pendidikan agama dalam keluarga kurang mendapat perhatian. Orang tua kurang berperan dalam mengarahkan anaknya terhadap pendidikan agama ini. Anak-anak dibiarkan sendiri mencari dan menghayati agamanya. Anak dibiarkan dan berkembang menjadi dewasa tanpa dibekali pendidikan agama. Pengetahuan sekuler, pengetahuan keterampilan ditekankan benar untuk dikuasai oleh anak-anak. Hal ini didasarkan anggapan bahwa pendidikan semacam ini sangat penting sebagai bekal hidupnya kelak. Pendidikan agama kurang praktis, bahkan sama sekali dianggap tidak perlu.


Bila pendidikan agama tidak diberikan kepada anak-anak sejak kecil rnaka akan mengakibatkan pola pikir terhadap batas-batas moral menjadi tidak jelas. Mungkin contoh yang paling jelas dapat kita lihat pada maraknya kasus perceraian yang tinggi, selingkuh dimana-mana, LBGT dan lainnya. Salah satu yang menyebabkan hal itu adalah anak tidak jelas batasan moral apa yang tidak boleh dilanggar. Sudut padang moral anak menjadi bias antara tindakan-tindakan yang "boleh dilakukan", "dihindari" dan "jangan dilakukan".
Oleh karena itu diharapkan adanya sebuah keluarga yang harmonis, dimana orang tua mampu memberikan perhatian mengenai pertumbuhan anak, emosi dan perilaku gejala-gejala lainnya. Orang tua tidak hanya memberikan kebutuhan jasmani semata. Sehingga terbentuk pribadi yang sehat jasmani dan rohani.

Orang tua harus meningkatkan kualitas anak dengan menanamkan nilai-nilai yang baik dan akhlak yang mulia disertai ilmu pengetahuan agar dapat tumbuh menjadi manusia yang dapat mengetahui kewajiban dan hak-haknya, jadi tugas orang tua tidak hanya sekedar menjadi perantara adanya makhluk baru dengan kelahiran tetapi juga mendidik dan memeliharanya

Pada kenyataannya, mendidik anak memang terasa berat, apalagi ketika muncul masa-masa menentangnya. Banyak orang tua yang dalam kesehariannya kurang mampu mengendalikan emosi dan menjaga kesabarannya, sehingga tidak dapat membina anak secara baik. Seringkali orang tua merasa paling tahu dan berkuasa, memaksakan kehendaknya sendiri kepada anak dalam segala hal. Sehingga anak merasa terkekang dan kehilangan kemerdekaaanya. Namun, sebaliknya ada juga diantara orang tua yang memberikan kebebasan seluas-luasnya pada anak bahkan terkesan berlebihan, sehingga perilaku anak menjadi “liar” dan tak dikendali di luar kontrol orang tua.


Komentar