SESAT PIKIR POPULER



Kebanyakan orang mempercayai sesuatu secara fanatik bukan karena komparasi atau pilihan logis tapi karena itulah info pertama yang diterimanya.

Kebanyakan orang lebih mempercayai penjelasan retorik meski tanpa argumen logis ketimbang penjelasan analitik yang logis.

Kebanyakan orang lebih mengutamakan “siapa” atas “apa” (substansi) sehingga kesan, pesona visual dan sebagainya atribut mereduksi penalarannya.

Kebanyakan orang membangun keyakinan dengan modal premis minor tanpa memastikan dulu koherensinya dengan premis mayor.

Kebanyakan bertindak sebelum memikirkannya bahkan menganggap berpikir sebagai lawan dari bertindak, padahal berpikir adalah tindakan.

Kebanyakan orang sibuk menyusun pikiran saat rival / lawan dialognya menyampaikan pikirannya sehingga sering tanggapannya melenceng.

Kebanyakan orang memilih menafsirkan makna konotatif sebuah pernyataan dan mengabaikan makna denotatif yang mestinya didahulukannya.

Kebanyakan orang tidak konsentrasi memperhatikan dengan cermat lawan dialog dan hanya menangkap bagian akhirnya sehingga responnya melenceng.

Kebanyakan orang mengutamakan simbol atas substansi dan kata atas makna.
Padahal simbol dan kata harus mencerminkan substansi dan makna.

Kebanyakan orang mengutamakan predikat atas subjek sehingga lebih memperhatikan agama yang dianutnya ketimbang pelaku dan perbuatannya.

Kebanyakan orang mendahulukan akibat atas sebab (karena melihat asap, memastikan ada api) padahal akibat adalah produk sebab (asap dari api).

Sebagian orang mengidentikkan etika dengan kesantunan dan kelembutan, padahal ketegasan dan penentangan terhadap penindasan juga bagian dari etika.

Sebagian orang mengidentikkan agama dengan kesenduan, kekakuan dan asketisme, padahal kesenangan dan kebahagiaan jadi bagian dari agama.

Banyak orang mengutamakan aksi atas teori padahal berpikir dan berteori adalah salah satu aksi.

Banyak orang menganggap cinta tak ikut logika (supaya bisa menerjang norma kepatutan), padahal setiap kata (termasuk kata cinta) mematuhi logika.

Banyak mengaku atheis dan menolak percaya pada Tuhan, padahal yang ditolaknya adalah persepsi irrasionalnya tentang Tuhan.

Banyak orang merasa membantu orang miskin, padahal hanya menyelamatkan diri dari “rasa bersalah” dan menyamankan diri saat banyak orang susah.

Banyak orang lebih mempercayai keterangan yang mudah dipahami, padahal itu dipahami karena semata-mata cocok dengan keyakinan dia sebelumnya

Banyak orang membenci sebuah pandangan, padahal kebenciannya hanyalah alasan dia memproteksi diri keterpengaruhan oleh pandangan itu.

Banyak orang mengagumi pendapat seorang tokoh, padahal ia sedang mengagumi pendapatnya sendiri yang sama dengan pendapat tokoh tersebut.

Jangan selalu bersangka buruk kepada selainmu. 
Jangan selalu bersangka baik kepada dirimu.

Jangan bersangka buruk kepada yang baik. 
Jangan bersangka baik kepada yang buruk.

Tak semua yang sependapat denganmu menyukaimu. 
Tak semua yang tak sependapat denganmu tak menyukaimu.

Jangan anggap semua yang berbeda salah. 
Jangan anggap semua yang beragam benar.

Tak semua yang dihormati diterima pendapatnya. 
Tak semua yang tak dihormati tak diterima pendapatnya.

Menyangka buruk seseorang terhadap orang lain berarti memfitnahnya.
Menyangka baik seseorang yang jelas berbuat buruk berarti menyangka buruk orang lain yang jelas berbuat baik.


- DR. MUHSIN LABIB - 

Komentar